Ekonomi

Komoditas Ekspor Komoditas RI Anjlok, Berikut Gambarannya 

JAKARTA-Perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China dan berdampak pada perlambatan ekonomi dunia, dampaknya sangat dirasakan oleh harga sejumlah komoditas. Termasuk itu dua komoditas unggulan Indonesia, karet dan minyak mentah kelapa sawit atau crude palm oil (CPO). 

Laporan Bank Indonesia (BI), Jumat, 24 Mei 2019 dalam Tinjauan Kebijakan Moneter, disebutkan perdagangan dunia diprakirakan tetap tumbuh rendah pada triwulan I-2019 

Pertumbuhan World Trade Volume (WTV) triwulan I-2019 diprakirakan masih di level rendah. WTV yang lebih rendah tersebut dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi global serta penetapan tarif impor oleh AS kepada Tiongkok sejak September 2018. 

"Pertumbuhan WTV diprakirakan akan membaik mulai triwulan III-2019 apabila ketegangan perdagangan AS-Tiongkok mulai membaik. Perbaikan permintaan Tiongkok karena dampak stimulus fiskal sebagaimana tercermin pada perbaikan PMI Maret 2019 serta kebijakan the Fed yang cenderung lebih longgar juga diprakirakan mendukung peningkatan volume perdagangan dunia," tulis BI Dalam laporannya.

Sementara, harga komoditas ekspor Indonesia menurun terutama didorong oleh penurunan harga CPO dan aluminium. 

Penurunan harga CPO dipengaruhi oleh tekanan penurunan harga substitusinya - soybean. Kondisi pasar CPO masih over supply dengan inventori yang sangat tinggi ditambah lagi dengan tingginya produksi CPO asal Malaysia dan Indonesia di tengah perlambatan permintaan India. 

Penurunan harga aluminum didorong oleh perbaikan supply seiring dengan perbaikan pasokan dari Brazil dan Rusia setelah sanksi pencabutan embargo dan sanksi serta peningkatan produksi bauksit (bahan baku aluminium) asal Malaysia. 

"Sementara itu, penurunan harga logam lainnya seperti tembaga dan nikel tidak sedalam perkiraan," jelas BI.

Untuk harga minyak, dalam tren meningkat terutama karena berkurangnya pasokan. Hal tersebut disebabkan oleh pemotongan produksi OPEC+ lebih tinggi dari target, gangguan ekspor Rusia, Venezuela, dan Libya, serta faktor sentimen dari pengumuman AS mengenai tidak berlanjutnya waiver sanksi Iran. 

"Harga minyak pada triwulan II-2019 diperkirakan akan tetap tinggi, sejalan implementasi OPEC+ oil cuts yang terus meningkat dan berakhirnya waiver sanksi Iran. Harga minyak diperkirakan akan memasuki tren yang menurun mulai triwulan III 2019 seiring prospek peningkatan produktivitas minyak AS dan OPEC+ oil cut yang diduga tidak berlanjut," terang BI.(rdh/bc) 


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar